Selasa, 30 September 2014

BANKING - Estimasi Laba 9m14 - BMRI Paling Menarik

Memasuki bulan Oktober atau bulan laporan keuangan, kami mencoba mengestimasi kinerja kuartal 3 2014.  hasil estimasi kami menunjukkan laba bersih BBCA berpotensi tumbuh 19,2%, diikuti BMRI 15,6%, BBNI 13,8%, BBRI 13,6%, dan BBTN -18,2%. kami juga membandingkan kinerja harga saham periode Jan-Sep dan Jul-Sep, dan kami berpendapat BMRI paling menarik, dengan potensi pertumbuhan laba kedua tertinggi, namun harga saham belum mengalami kenaikkan signifikan dibanding bank lain dalam cakupan analisa kami.


Musim Laporan Keuangan akan Tiba. Bulan Oktober bulan laporan keuangan. Untuk mengantisipasi hal ini, kami mencoba memperkirakan kinerja kuartal 3 2014. Berdasarkan kinerja kuartal 1 dan kuartal 2 serta proyeksi kinerja 2014, hasil estimasi kami menunjukkan laba bersih BBCA berpotensi tumbuh 19,2%, terbaik diantara bank dalam cakupan analisa kami, diikuti oleh BMRI 15,6%, BBNI 13,8%, BBRI 13,6%, dan BBTN -18,2%.


BMRI Paling Menarik. Melihat kenaikkan harga saham dari Januari hingga September, harga saham BMRI baru naik sekitar 23%, sementara BBCA 32%, BBRI 42%, BBNI 42%, dan BBTN 28%. Selain itu, melihat periode Juli hingga September, harga saham BMRI juga baru mencatatkan kenaikkan 2%, sementara BBCA 18%, BBRI -0,2%, BBNI 17%, dan BBTN 9%. Membandingkan estimasi pertumbuhan laba bersih dengan kinerja historis harga saham, kami berpendapat BMRI paling menarik, dengan perkiraan pertumbuhan 15,6%, kedua tertinggi setelah BBCA, serta harga saham yang belum mengalami kenaikkan signifikan dibanding bank besar lainnya.


Raymond Budiman

Selasa, 23 September 2014

BJTM - Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk





Rekomendasi : BELI
Entry : 440-450
Target Harga : 560
Jangka Waktu : 6-12 bulan

Katalis:
1. Lini Bisnis Kredit Mikro Yang Kuat
BJTM merupakan salah satu pemain terbesar dibidang kredit mikro di Jawa Timur. BJTM juga memiliki basis nasabah yang loyal yang sebagian besar merupakan PNS di Jawa Timur. Seiring bertambahnya jumlah PNS dari tahun ke tahun maka nilai kredit yang diminta juga mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan penghasilan PNS bersangkutan. Di lain pihak, potensi ekonomi Provinsi Jawa Timur masih sangat menjanjikan. PDB Jawa Timur merupakan penyumbang terbesar kedua bagi PDB nasional.

2. Deviden Yield Yang Besar
Tahun 2013 yang lalu, BJTM membagikan deviden sebesar Rp 40,61/saham sehingga memberikan deviden yield sebesar 8,4%. Deviden Yield tersebut termasuk tinggi dibandingkan dengan deviden yield saham bank lainnya. Dengan laba yang disetahunkan pada tahun 2014 ini sebesar Rp 1.086.562.000.000 yaitu meningkat 31,8% maka dividen yang akan dibagikan untuk tahun 2014 sangat menggiurkan.

3. Pertumbuhan Laba Yang Baik


(DALAM JUTAAN RUPIAH)
2012
2013
2014 (ANZ)
LABA BERSIH
724.639
824.312
1.086.562

Dapat dilihat di tabel diatas bahwa pertumbuhan laba BJTM terbilang stabil dari tahun 2012 ke tahun 2013 naik 13,7% dan tahun 2013 ke tahun 2014 (disetahunkan) naik 31,8%.

4. Valuasi Yang Menarik
Pada harga 445, BJTM diperdagangkan pada PER 6,1x dan PBV 1,1x. Target kami dalam 6-12 bulan ke depan BJTM dapat diperdagangkan pada PER 7,8 - 8x yaitu di harga 560.

Senin, 15 September 2014

JSMR – Pendapatan Tumbuh Signifikan di Tahun Genap – BELI – Target Harga 7100
(oleh: Raymond Budiman)



Rekomendasi: BELI
Target harga 2015: Rp7100

Katalis:
  •       Diuntungkan dengan peraturan pemerintah untuk menaikkan tarif tol setiap 2 tahun sekali.
  •        Karakteristik pendapatan stabil, jumlah mobil terus bertambah.


JSMR diuntungkan dengan regulasi pemerintah untuk menaikkan tarif setiap 2 tahun sekali sesuai inflasi selama 2 tahun di masing-masing daerah. Hal ini membuat pendapatan JSMR tumbuh signifikan setiap 2 tahun sekali berkat kenaikkan tarif.

Dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 15 tahun 2005 tentang jalan tol, pada pasal ke 68 disebutkan bahwa penyesuaian tarif jalan tol dilakukan setiap dua tahun sekali oleh BPJT (Badan Pengatur Jalan Tol)



Kami menemukan bahwa sebagian besar tarif ruas jalan tol dinaikkan pada akhir tahun ganjil dan awal tahun genap, sehingga pendapatan di tahun genap dapat tumbuh signifikan dibanding tahun ganjil.

Seperti yang kita rasakan bersama, tarif tol JSMR mulai dinaikkan pada bulan Oktober 2013 (ganjil) lalu, dengan demikian, kami optimis pendapatan tahun 2014 (genap) dapat tumbuh signifikan seiring kenaikkan tarif ini.

Tahun 2013, pendapatan tol JSMR hanya tumbuh 4%, namun tahun 2014 ini pendapatan tol JSMR diyakini dapat mencapai Rp6,7 triliun, tumbuh 15 – 17%. Pertumbuhan pendapatan juga akan didukung dari ruas-ruas tol baru yang baru dioperasikan di tahun ini.

Indonesia masih kekurangan jalan tol, kami yakin pembangunan infrastruktur seperti jalan tol akan terus menjadi fokus pemerintah dalam jangka panjang ke depan. Oleh karena itu,  JSMR memiliki prospek pertumbuhan jangka panjang yang kuat dan stabil.

Disisi lain, kita melihat bahwa mobil semakin bertambah. Kebutuhan jalan tol terus meningkat. Kita lihat, meski tarif tol di naikkan, namun pengguna jalan tol tidak berkurang. Hal ini menunjukkan karakteristik pendapatan JSMR yang sangat kuat dan stabil.

BELI, target harga 2015 Rp7100
Hitung-hitungan kami, akhir tahun 2014 pendapatan tol JSMR sebesar Rp6,7 triliun, dan berpotensi terus tumbuh menjadi Rp7,4 triliun di 2015, seiring beroperasinya tol baru dan terus bertambahnya jumlah mobil.

Kami menghitung harga saham JSMR diperdagangkan pada 6,2 – 6,7x terhadap pendapatan tol per saham. Dengan menggunakan faktor kali 6,5x terhadap proyeksi pendapatan tol 2015, kami yakin harga saham Rp7100 dapat dicapai dalam 1 tahun kedepan.




Rabu, 10 September 2014

4 Ciri Perusahaan yang Jangan di beli

Pada kesempatan ini, Lab Saham akan mencoba membagikan kriteria-kriteria perusahaan yang tidak layak untuk dibeli menurut kami:
  1. Valuasinya mahal
Sebagus apapun perusahaan tersebut, jika dihargai premium maka sebaiknya jangan dibeli dulu karena kemungkinan untuk harga sahamnya turun akan lebih besar daripada kenaikan harga sahamnya.
Valuasi ini dapat dipelajari dengan valuasi sederhana seperti PER dan PBV atau pun POPPS seperti yang sudah dijelaskan di artikel sebelumnya dan tentu saja hal ini bergantung dari sejauh apa Anda akan menyimpan saham yang Anda beli. Jika jangka waktu investasi Anda 5-10 tahun atau lebih, perbedaan valuasi yang sedikit, tidak terlalu berpengaruh untuk Anda tapi jika jangka waktu investasi Anda 6-12 bulan maka valuasi ini menjadi sangat penting untuk diperhatikan.

  1. Bisnis yang sulit dimengerti
Pada salah satu quote nya, investor kelas dunia Warren Buffett pernah mengatakan “I try to buy stock in businesses that are so wonderful that an idiot can run them. Because sooner or later, one will”. Mari kita juga mencoba mengaplikasikan hal ini dalam seni investasi kita. Hindari saham-saham yang bisnisnya sulit dimengerti darimana menghasilkan keuntungannya.
Kebalikannya, kita bisa fokus pada bisnis-bisnis yang mudah dimengerti seperti obat-obatan, kebutuhan sehari-hari, banking, dll.

  1. Manajemen yang buruk
Kalau di properti kita sering mendengar yang terpenting adalah 3L yaitu lokasi, lokasi dan lokasi. Di saham kita sering mendengar 3M yaitu manajemen, manajemen, manajemen. Hal itu tidak sepenuhnya salah, memang manajemen dari perusahaan yang sahamnya kita putuskan untuk kita beli harus menjadi concern untuk kita sebagai investor.

  1. Pertumbuhan tidak stabil
Pertumbuhan perusahaan tersebut juga perlu diperhatikan, apakah perusahaan yang kita beli sahamnya membukukan pertumbuhan yang stabil baik dari sisi aset, ekuitas, dan laba. Kebanyakan perusahaan yang belum mature akan kesulitan dalam hal kestabilan ini. Tahun ini untung, tahun depan rugi bergantian seterusnya. Hindari perusahaan-perusahaan seperti itu, carilah perusahaan yang pertumbuhannya stabil bahkan saat krisis.


Nah, kiranya artikel ini membantu pembaca dalam memiliki kriteria saham-saham yang tidak layak untuk dibeli. Selamat berinvestasi.

Senin, 08 September 2014

StockPicking Tips: Rasio PER vs POPPS

Dalam menentukan saham yang akan dibeli dari beberapa pilihan, salah satu rasio yang sering digunakan adalah rasio PER (Price to Earning Ratio). Mungkin kita sudah cukup familiar dengan rasio ini, dengan rumus:

PER = Harga saham / Laba bersih per saham

Semakin rendah rasio PER, menunjukkan saham tersebut semakin murah.


Laba Bersih vs Laba Operasi
Tahukah anda perbedaan antara laba bersih dengan laba operasi?
Ketika kita membaca laporan keuangan bagian laba rugi, maka kita akan menemukan perhitungan laba, yang dipisahkan antara laba operasi dan laba bersih.

Secara umum, laba operasi atau sering disebut laba usaha adalah laba yang berasal dari seluruh aktivitas operasi perusahaan. Seperti penjualan, serta beban dan biaya yang dikeluarkan untuk menunjang operasional perusahaan, contohnya biaya gaji, listrik, pemasaran, dan lain-lain. 

Disisi lain, laba bersih sudah memperhitungkan keuntungan dan kerugian lain-lain, yaitu keuntungan dan kerugian yang bukan berasal dari aktifitas operasional perusahaan, atau tidak ada hubungannya dengan bisnis inti perusahaan.

Sebagai contoh, perusahaan otomotif menjual gedung yang sudah tidak terpakai. Keuntungan dari penjualan gedung itu bukan berasal dari aktifitas operasional perusahaan, sehingga keuntungan ini akan diklasifikasikan sebagai keuntungan lain-lain. Perusahaan otomotif memiliki bisnis inti menjual otomotif, dengan demikian keuntungan dari menjual gedung yang tidak terpakai tidak ada hubungannya dengan aktivitas menjual otomotif tersebut.

Oleh karena itu, boleh dikatakan bahwa laba operasi lebih mencerminkan kinerja sesungguhnya dibanding laba bersih. Karena laba operasi hanya menghitung seluruh pendapatan dan biaya yang hanya berhubungan dengan aktifitas utama atau operasional bisnis perusahaan.

PER vs POPPS
Melihat hal ini, mengapa tidak jika kita mempertimbangkan laba operasi disamping laba bersih. Rasio PER membagi harga saham dengan laba bersih per saham (PER = harga saham / laba bersih per saham). Sekarang, kita bisa menggunakan rasio POPPS (Price to Operating Profit per Share), dengan membagi harga saham dengan laba operasi per saham.

POPPS = Harga saham / Laba operasi per saham

Semakin rendah rasio POPPS, memberi arti bahwa saham tersebut semakin murah dan semakin menarik untuk di beli.

Untuk mendapatkan laba operasi per saham atau OPPS, kita dapat dengan mudah menggunakan rumus berikut:

OPPS = (Laba operasi x EPS) / Laba bersih

EPS adalah laba bersih per saham.


Dengan demikian, sekarang kita sudah memiliki sudut pandang baru dalam memilih saham yang akan kita beli. Selain  menggunakan rasio PER, kita juga dapat mempertimbangkan rasio POPPS. Mudah - mudahan tips ini dapat membantu kita mengambil keputusan investasi yang lebih baik. Semoga bermanfaat.

Kamis, 04 September 2014

KIJA (Kawasan Industri Jababeka)

Oleh: PT


Rekomendasi : BELI
Entry : 260-280
Target Harga : 400
Jangka Waktu : 6-12 bulan

Katalis:
  1. Satu-satunya kawasan industri yang listing di BEI yang memiliki pembangkit tenaga listrik sendiri. Pembangkit tenaga listrik tersebut selain sebagai sumber tenaga di kawasan industrinya sendiri juga merupakan sumber pendapatan berulang (recurring income) karena dijual ke PT PLN (Persero).
  2. Pulihnya kembali kinerja laporan keuangan Q2 2014 bahkan terbilang mengejutkan dibandingkan tahun 2011-2013.


(DALAM MILIAR)
2011
2012
2013
ANZ 2014
LABA BERSIH
326
380
100.9
853.8

  1. Proyek kedepan yang akan menyumbangkan pendapatan perusahaan seperti: 
- ekpansi pembangunan kawasan industri di Kendal-Jawa Tengah seluas 2.700 ha bekerjasama dengan Sembawang Corp Development Indonesia.
- kerjasama dengan PT Pelabuhan Indonesia II, PT Garuda Indonesia, dan PT Jasa Marga untuk mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus di Tanjung Lesung, Banten yang rencananya akan dibangun 600 dermaga dimana 300 dermaga untuk kapal publik dan 300 lainnya untuk kapal pesiar pribadi.
- niat dari produsen telepon seluler dan elektronik asal Korea Selatan “Samsung Electronics Corp” untuk menambah investasinya di Indonesia dengan mendirikan pabrik baru yang disebut-sebut akan berlokasi di kawasan industri jababeka.

  1. Valuasi yang murah di harga 280 mewakili PER 6,7x dan PBV 1,2x. Rasio utang juga terjaga dibawah 1x. Proyeksi target di PER 10x berada pada harga 400.
GGRM – Loyalitas Tinggi Konsumen Rokok – BELI, target harga Rp59.000
(oleh: Raymond Budiman)

Rekomendasi: BELI
Target Harga: Rp59.000
Entry Point: Rp54.000 – 56.000

PT Gudang Garam Tbk
Jika kita perhatikan, pengguna rokok bisa dikatakan sangat sulit untuk meninggalkan kebiasaan merokoknya. Tidak heran jika mereka membelakan untuk membeli rokok walaupun keadaan keuangan lagi sulit. Hal ini tentu menjadi keuntungan bagi perusahaan rokok.

Meski sudah diberi peringatan bahaya merokok, diberi gambar seram, kita perhatikan bahwa pengguna rokok tidak terlalu terpengaruh akan hal tersebut. Dengan kata lain, konsumen rokok cenderung menjadi pelanggan setia untuk menggunakan rokok.

Jumlah penduduk Indonesia terus meningkat, jumlah anak kecil yang menjadi dewasa juga semakin banyak. Hal ini menunjukkan permintaan rokok juga tetap akan terus meningkat.

Terbukti dari pendapatan GGRM yang terus meningkat dari tahun ke tahun, bahkan disaat melewati masa krisis pun seperti tahun 2008 - 2009, pendapatan GGRM tetap tumbuh.

Bahkan selama Januari - Juni 2014, GGRM berhasil mencatat penjualan Rp32,7 triliun, dengan kata lain, jika kita proyeksi 1 tahun, GGRM berpotensi memperoleh penjualan Rp65 triliun! Atau kembali tumbuh 17% dibanding penjualan sepanjang 2013.




BELI – Target Harga akhir 2014 Rp59.000
Hingga Juni 2014, GGRM mampu mencatat EPS Rp1410, dengan kata lain hingga akhir 2014 ini, GGRM berpotensi mencatat EPS Rp2820.

Sejak tahun 2011, GGRM diperdagangkan di PER 24 – 26x. Saat ini, PER GGRM 19,4x, masih lebih rendah dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Tidak muluk-muluk, dengan target PER 21x saja dan EPS Rp2820 diakhir 2014, hal ini menunjukkan GGRM berpotensi mencapai target harga Rp59.000.


Apalagi jika PER GGRM kembali kelevel 24x, artinya harga saham Rp67.000 bukanlah hal yang mustahil.

Rabu, 03 September 2014

PWON – Pendapatan Kuat dan Stabil – BELI, target harga Rp480
(Oleh: Raymond Budiman)

Rekomendasi: BELI
Target harga akhir 2014: Rp480
Entry point: Rp440 – 450

PT Pakuwon Jati Tbk (PWON)

Katalis:

  1. Kontribusi pendapatan berulang (recurring income) cukup besar, 43% dari total pendapatan, membuat karakteristik pendapatan menjadi stabil.
  2. Pertumbuhan konsisten.
  3. BELI, target harga akhir 2014 Rp480, entry point Rp440-450.


Recurring income membuat pendapatan stabil.
PWON memiliki portofolio Mal yang cukup banyak seperti Gandaria City, Kota Kasablanka, Tunjungan City, dan Pakuwon City. Hal ini membuat pendapatan berulang (recurring income) PWON cukup besar seperti pendapatan sewa, hotel, pengelolaan parkir, dll. Sehingga PWON tidak hanya mengandalkan pendapatan dari penjualan seperti kondominium, tanah, kantor, dan bangunan. Hal ini yang membuat pendapatan PWON lebih stabil dibanding perusahaan properti yang hanya mengandalkan pendapatan dari menjual.

Ditengah suku bunga bank yang lagi tinggi, kami menilai perusahaan properti yang memiliki kontribusi pendapatan berulang (recurring income) besar akan lebih stabil, dibanding perusahaan properti yang hanya mengandalkan penjualan.

Sepanjang periode Januari-Juni 2014, PWON mencatat omset atau pendapatan sebesar Rp1,88 triliun, naik 15,7% dibanding periode yang sama 2013.

Dari total omset sebesar Rp1,88 triliun, sebesar 43% atau sekitar Rp804 miliar dikontribusi dari pendapatan berulang (recurring income) seperti pendapatan sewa, hotel, pengelolaan parkir dan lainnya. Sementara sisanya dari hasil penjualan kondominium, kantor, serta tanah dan bangunan.

Berikut perbandingan komposisi pendapatan perusahaan properti per Juni 2014.


Terlihat PWON tidak hanya mengandalkan pendapatan dari penjualan seperti Sumarecon, BSD, Ciputra, dan Alam Sutera. PWON memiliki pendapatan berulang yang cukup besar, berasal dari sewa, hotel, dan lainnya. Hal ini didukung dari portofolio mal yang cukup banyak.

Pertumbuhan stabil.
Recurring income terbukti dapat membuat pendapatan PWON lebih stabil dari tahun ke tahun.



Melihat hal tersebut, kami yakin pendapatan PWON tetap akan tumbuh dan stabil dimasa yang akan datang.

BELI, target harga akhir 2014 Rp480
Sejak tahun 2012, PWON diperdagangkan pada kisaran PER 13x. Per Juni 2014, PWON berhasil mencatat EPS (laba bersih per saham) Rp18,81. Sehingga jika diproyeksi, maka hingga akhir 2014 PWON berpotensi mencatat EPS Rp37 per saham. Dengan tingkat PER 13x, maka kami melihat target harga akhir 2014 sebesar Rp480 masih sangat mungkin tercapai. Rekomendasi BELI.